Syahrudin,S.Sos.I, M.Pd. I |
Beyond
Centers and Circles Time (BCCT) adalah metode penyelenggaraan PAUD yang
berpusat pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main
dan saat anak dalam lingkaran. Beyond Centers and Circles Time (BCCT) dapat
dikatakan sebagai konsep belajar dimana pendidik (guru) menghadirkan dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong anak didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Sentra
main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi seperangkat alat main yang
berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis permainan. Yakni main sensorimotor
(fungsional), main peran, dan main pembangunan.
Sedangkan
saat lingkaran merupakan saat guru duduk bersama anak dengan posisi melingkar
untuk memberikan pijakan (arahan) kepada anak yang dilakukan sebelum dan
sesudah main.
Metoden
Beyond Centers and Circles Time (BCCT) adalah metode penyelenggaraan PAUD yang
berpusat pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main
dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan empat pijakan. empat pijakan
tersebut akan penulis jelaskan pada pembahasan berikutnya. Di Indonesia metode
ini lebih dikenal dengan Sentra dan lingkaran (Seling). metode pengajaran yang menempatkan
siswa pada posisi yang proposional. Pendekatan sentra dan lingkaran berfokus
pada anak.
Sentra
main adalah zona atau area main anak yang di lengkapi dengan seperangkat alat
main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam 3 jenis main. yaitu: main sensorimotor, main peran dan
main pembangunan. Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik
(guru/kader/pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan
pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main. Pembelajaran yang
berpusat pada anak dan peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan
evaluator merupakan ciri dari metode BCCT ini, Sehingga otak anak dirangsang
untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali pengalamannya sendiri bukan
sekedar mencontoh dan menghafal saja.
A. Tujuan Metode Beyond Centers And Circles Time (BCCT)
Adapun tujuan dari metode Beyond Centers And Circles Time
(BCCT) antara lain sebagai berikut:
Dalam rangka melejitkan potensi kecerdasan anak. Howard
Gardner menyatakan bahwa pada hakikatnya setiap anak ialah cerdas. Pandangan
ini menentang bahwa kecerdasan hanya dilihat dari fakror IQ. Gardner melihat
kecerdasan dari berbagai dimensi. Setiap kecerdasan yang dimiliki akan dapat
mengantarkan anak mencapai kesuksesan. Pendidik/guru perlu memfasilitasi setiap
kecerdasan yang dimiliki anak dalam pembelajaran dan kegiatan belajar.
diantaranya :
- Kecerdasan bahasa (Linguistik) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi mengelola kata dan bahasa.Yakni kemampuan menggunakan kata'kata secara efektif
- Kecerdasan Logika ' matematika berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang angka (Numerik) dan alasan logis.
- Kecerdasan music berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang music dan suara
- Kecerdasan gerak tubuh (kinestesis) berkaitan dengan ketrampilan dan persepsi dalam bidang mengolah dan mengendalikan gerak anggota tubuh.
- Kecerdasan gambar dan ruang (Visual'spasial) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang permainan, garis, warna, bentuk, dan ruang.
- Kecerdasan diri (intrapersonal) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang kesadaran dan pengenalan terhadap diri sendiri.
- Kecerdasan berbaur (interpersonal) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang membina hubungan dengan orang lain.
- Kecerdasan alami (naturalis) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang yang berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitar.
- Kecerdasan rohani (spiritual) berkaitan dengan keterampilan dan persepsi dalam bidang mengolah rohani.
- Kita harus mengingat bahwa setiap orang memiliki sembilan kecerdasan ini dan setiap hari menggunakannya dengan kombinasi yang berlainan dan setiap orang juga mempunyai delapan kecerdasan ini dengan cara mereka masing-masing.
B. Penanaman Nilai-nilai Dasar
Anak-anak merupakan individu yang baru mengenal dunia dan
belum mengetahui tata krama sopan santun, aturan, norma, dan sebagainya. Anak
perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal. Usia dini merupakan saat yang
sangat berharga untuk menanamkan nilai'nilai dasar dalam kehidupan yang
meliputi:
- Nilai'nilai nasionalisme.
- Nilai'nilai agama.
- Nilai'nilai etika.
- Nilai'nilai moral.
- Nilai'nilai sosial.
Setiap orang mempunyai berbagai
pengalaman yang memungkinkan dia berkembang dan belajar. Dari pengalaman itu
orang akan mendapatkan patokan'patokan umum untuk bertingkah laku. Misalnya
bagaimana cara berhadapan dengan orang yang lebih tua, bagaimana menghormati
orang lain, bagaimana membuat keputusan yang efektif, dan sebagainya.
Patokan'patokan yang berupa nilai itu, kemudian cenderung memberikan arah atau
haluan dalam kehidupan. Nilai'nilai itu menunjukkan apa yang cenderung kita
lakukan dalam waktu dan tempat tertentu atas dasar keyakinan dan penghargaan
tertentu. Dengan pemeliharaan dan pengasuhan yang baik dan sedini mungkin, maka
potensi yang telah ada itu dapat dikembangkan ke arah perwujudan anak yang
cerdas dan dengan menanamkan nilai-nilai dasar sejak dini pada anak diharapkan
akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
C. Pengembangan Kemampuan Dasar
Anak yang sedang berkembang adalah sebuah kesatuan
psikososial dan biologi yang memerlukan gizi optimal bagi kerja optimal. Gizi
jelas didapat dari banyak sumber termasuk penglihatan, pendengaran, sentuhan, gerakan,
pendampingan, kasih sayang dan makanan. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan
menghasilkan anak usia dini yang sehat secara fisik, jasmani, tidak sakit,
tidak cacat dan tidak lemah, semua organ tubuh dalam keadaan dan berfungsi
normal, memiliki emosi dan mampu berinteraksi dengan lingkungannya sesuai
dengan tahapan perkembangannya Untuk menghasilkan anak usia dini yang sehat dan
cerdas dibutuhkan gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan pola
makanan yang sesuai dengan usia anak di harapkan gizi dan tumbuh kembang anak
dapat berjalan dengan normal, dan periode emas tidak akan terlewatkan.
Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar untuk anak
usia dini diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang tidak membebani dan
menyenangkan, sehingga anak aka semakin mudah menyerap apa yang mereka pelajari
yakni sesuai dengan prinsip pendidikan anak usia dini yaitu belajar sambil
bermain dan bermain sambil belajar. Dengan demikian akan terbentuk aspek
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Dan sesuai dengan ruang
lingkup kurikulum untuk anak prasekolah yang tercantum dalam kurikulum 2004
yang meliputi enam aspek perkembangan yang dicapai yaitu :
- Moral dan nilai'nilai agama.
- Sosial, emosional dan kemandirian.
- Kemampuan berbahasa.
- Kognitif.
- Fisik atau motorik.
- Kreatifitas atau seni.
D. Bentuk-Bentuk Sentra Dalam Beyond Centers And Circles Time
(BCCT)
Dalam
metode Beyond Centers and Circles Time materi yang dikembangkan berupa sentra.
Sentra dibuat berdasarkan kebutuhan anak dengan mengobservasi setiap
perkembangan anak. Jadi kebutuhan sentra mungkin tidak sama di setiap lembaga
pendidikan tergantung kesiapan perangkat dan tenaga pengajar yang ada. Sebagai
contoh dibawah ini ada beberapa sentra yang banyak dikembangkan yaitu :
a.
Sentra Bahan Alam.
Tempat
bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman sensori motor dalam
rangka menguatkan tiga jari untuk persiapan menulis, sekaligus pengenalan sains
untuk anak. Efek yang diharapkan adalah Anak dapat terstimulasi aspek motorik
halus secara optimal, dan mengenal sains sejak dini.
b.
Sentra Main Peran Mikro atau Makro
Tempat
bermain sambil belajar, dimana anak dapat mengembangkan daya imajinasi dan
mengekspresikan perasaan saat ini, kemarin, dan yang akan datang. Penekanan
sentra ini terletak pada alur cerita sehingga anak terbiasa untuk berfikir
secara istimatis. Efek yang diharapkan adalah anak dapat bersosialisasi dan
berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar dan mengembangkan kemampuan
berbahasa secara optimal.
c.
Sentra Balok
Tempat
bermain sambil belajar untuk mempresentasikan ide ke dalam bentuk nyata
(bangunan). Di sentra ini anak dapat memainkan balok dengan perbandingan 1 anak
± 100 balok plus assesoris. Penekanan sentra ini pada start and finish, di mana
anak mengambil balok sesuai kebutuhan dan mengembalikan dengan mengklasifikasi
berdasarkan bentuk balok. Efek yang diharapkan adalah anak dapat berfikir
tipologi, mengenal ruang dan bentuk sehingga dapat mengembangkan kecerdasan
visual spasial secara optimal.
d.
Sentra Persiapan
Tempat
bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman keaksaraan. Di sentra ini
anak difasilitasi dengan permainan yang dapat mendukung pengalaman baca, tulis,
hitung dengan cara yang menyenangkan dan anak dapat memilih kegiatan yang
diminati. Efek yang diharapkan adalah Anak dapat berpikir teratur, senang
membaca, menulis dan menghitung.
e.
Sentra Iman & Taqwa (Religion
Center).
Tempat
bermain sambil belajar untuk mengembangkan kecerdasan jamak dimana kegiatan
main lebih menitik beratkan pada kegiatan keagamaan. Di sentra ini anak
difasilitasi dengan kegiatan bermain yang memfokuskan pada pembiasaan beribadah
dan mengenal Simbol dan huruf keagamaan misalnya untuk centra Agama Islam
mengenal huruf hijaiyyah dengan cara bermain sambil belajar. Efek yang
diharapkan adalah tertanamnya akhlakul karimah. Ikhlas, sabar, dan senang
menjalankan perintah agama.
f.
Sentra Seni dan Kreatifitas
Sentra
ini menitik beratkan pada kemampuan anak dalam berkreasi. Kegiatan di sentra
ini dilaksanakan dalam bentuk proyek, dimana anak diajak untuk menciptakan
kreasi tertentu yang akan menghasilkan sebuah karya. Efek yang diharapkan
adalah anak dapat berfikir secara kreatif.
Penerapan
metode BCCT ini bersifat fleksibel. Bisa dilakukan secara bertahap, sesuai
situasi dan kondisi setempat. Lingkungan bermain yang bermutu untuk anak usia
dini setidaknya mampu mendukung tiga jenis main yang dikenal dalam penelitian
anak usia dini. Tiga jenis main tersebut adalah :
1.
Main sensorimotor (Main Fungsional)
2.
Main Pembangunan
Main Peran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar