http://www.syahrudinpaudpo.com

Rabu, 24 Februari 2016

Kepemimpinan Kepala Madrasah (MI,MTs,MA) Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan


PROPOSAL PENELITIAN


Judul :
Kepemimpinan Kepala Madrasah (MI,MTs,MA) Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan



Disusun oleh:
Syahrudin, M.Pd.I



INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN
PONDOK PESANTREN “WALI SONGO” NGABAR
PONOROGO JAWA TIMUR INDONESIA
2016 M

ABSTRAK


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Inovasi Kepemimpinan Kepala Sekolah  secara formal dirintis oleh bapak Prof. DR. Mukti Ali, sewaktu menjabat sebagai Menteri Agama RI (1971-1978). Dengan terobosan SKB Tiga Menteri, yang mewajibkan kurikulum mata pelajaran umum sebanyak 70 % dan agama 30 % di Madrasah (MI,MTs,MA) , sebagai langkah untuk inovasi pendidikan Madrasah (MI,MTs,MA) . Inovasi tersebut, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan suatu iklim belajar mengajar yang tepat sebagaimana layaknya pendidikan modern.
Inovasi pendidikan selanjutnya adalah pemberlakuan kurikulum KTSP Berkarakter Dan Kewirausahaan  dan kurikulum 13 yang mengajarkan mata pelajaran umum 100 % plus. Pemberlakuan tersebut, dalam rangka mencari terobosan baru untuk kualitas pendidikan, agar menguasai ilmu agama dan ilmu umum secara seimbang. Realitas lapangan menunjukan bahwa pemberlakuan ini, kurang direspon baik oleh pengelola Madrasah (MI,MTs,MA) , sehingga inovasi/pembaharuan Madrasah (MI,MTs,MA)  berjalan lambat.
1
Kita menyadari dalam dinamika dan peradaban global saat ini, Madrasah (MI,MTs,MA)  mengalami tantangan yang sangat berat. Yakni masyarakat mulai terbelenggu dengan pandangan  positivisme, materialisme, dan kapitalisme sehingga segala sesuatu yang tidak memberikan faedah, keuntungan, dan peluang akan ditinggalkan. Bertolak dari pandangan  di atas bahwa Madrasah (MI,MTs,MA)  dianggap marginal oleh masyarakat memang cukup beralasan. Masyarakat menganggap Madrasah (MI,MTs,MA)  tidak profesional, tidak berkualitas, nem dibawah rata–rata, out put tidak mampu berkompetisi dengan yang lain, dan bahkan dianggap manajemen Madrasah (MI,MTs,MA)  amburadul (Common Sense).
Hal ini disebabkan oleh faktor kepemimpinan yang tidak mampu menggerakan, mempengaruhi, mendorong, dan memanfaatkan sumber daya yang ada baik materiil, non materiil yang ada. Manajemen yang diterapkan seorang pemimpin (kepala Madrasah (MI,MTs,MA) ) ala kadarnya, sehingga Madrasah (MI,MTs,MA)  tidak dapat berkembang secara baik dari aspek kualitas dan kuantitas.
Disamping hal tersebut disebabkan, masalah-masalah pengelolaan Madrasah (MI,MTs,MA)  yang selanjutnya dikelompokan menjadi: (1) masalah pengelolaan keuangan  (2) masalah pengelolaan waktu (3) masalah perilaku disiplin murid (4) masalah orang tua murid (5) masalah hubungan sekolah dengan masyarakat (6) masalah guru dan pengajaran (7) masalah hubungan, komunikasi, dan iklim sekolah (8) masalah-masalah lain. Bertolak dari kelemahan itu, yang menjadi pertanyaan mengapa upaya inovasi yang telah dirintis sejak dulu, utamanya peningkatan kualitas pendidikan rendah di MI, tidak berhasil sebagaimana yang diharapkan? adakah kesalahan dalam pengelolaan inovasi pendidikan Madrasah (MI,MTs,MA) ?
Dari berbagai masalah dan kelemahan Madrasah (MI,MTs,MA)  yang ada, khususnya Madrasah (MI,MTs,MA) yang sudah mengaktualisasikan diri kembali, dan mengembalikan dirinya sebagai lembaga yang favorit, alternatif, dan teladan yang dapat memberikan wahana pembaharuan dan pencerahan bagi lembaga pendidikan Islam masa depan, yaitu Madrasah (MI,MTs,MA)  Muslimat NU 007 Gandu 1.
Madrasah   (MI,MTs,MA)  mengalami perkembangan, dan keberhasilan dalam waktu yang cukup relatif singkat, tidak terlepas dari peran kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  dalam membuat kebijakan operasional dalam pengelolaan inovasi pendidikan yang dilaksanakannya. Pandangan ini secara teoritik dan lapangan dibenarkan, kunci keberhasilan pendidikan sangat tergantung Kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  (Gorton, 1976 : 244). Kecerdasan, kepiawian, dan kekreatifan seorang Kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  merupakan kunci Madrasah (MI,MTs,MA)  akan berhasil. Kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  merupakan top leader dari suatu lembaga pendidikan. Sehingga mati hidupnya suatu lembaga pendidikan akan ditentukan oleh  perilaku kepemimpinan kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  dalam mempengaruhi bawahannya untuk bekerja keras untuk melaksanakan inovasi pendidikan demi kemajuan lembaga pendidikan yang telah digagas bersama. Dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti, dan memahaminya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Inovasi apa saja yang di kembangkan di Madrasah   (MI,MTs,MA)  , yang meliputi aspek fisik dan non fisik?
2.      Bagaimana proses pelaksanaan inovasi di tinjau dari aspek manajemen pendidikan? Mengapa Kepala Madrasah   (MI,MTs,MA)  melakasanakan inovasi pendidikan?

C.    Metode  Penelitian

Penelitian tentang kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  dalam inovasi pendidikan, studi kasus di Madrasah   (MI,MTs,MA)  menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu peneliti memahami dan menghayati perilaku kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  dalam melaksanakan inovasi di Madrasah   (MI,MTs,MA)  , dengan rancangan studi kasus. Sedangkan subyek dalam penelitian ini meliputi: (a) Kepala Madrasah   (MI,MTs,MA)  , (b) Koordinator pengelola, (c) Para guru, (e) Karyawan, (f) Orang tua siswa.
Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini menggunakan tiga metode, yaitu : wawancara, partisipasi observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan, dicek kembali. Berulangkali peneliti mencocokan data yang diperoleh, disistematiskan, diinterpretasi secara logis demi keabsahan dan kredibilitas data yang diperoleh peneliti di lapanagan. Dapat diungkap analisis data peneltian Kepemimpinan Kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  Dalam Melaksanakan Inovasi Pendidikan, peneliti menggunakan pendekatan interaktif, yaitu : pertama data dikumpulkan, kedua data dikelompokkan, dan ketiga data dikonklusikan sesuai kode masing-masing data. Dengan demikian, hasil pembahasan penelitian didapat hasil yang akurat, menemukan hal baru, atau memperkuat dan membantah hasil penemuan sebelumnya, tentang inovasi Madrasah (MI,MTs,MA) .


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Inovasi Yang Telah Dikembangkan Kepala Madrasah   (MI,MTs,MA)  
Inovasi yang terjadi di Madrasah (MI,MTs,MA) dapat dilihat dalam perkembangan tiga tahun terakhir, yaitu: Madrasah (MI,MTs,MA)  mengalami perkembangan yang pesat baik perkembangan fisik dan non fisik, animo masyarakat semakin tinggi terhadap Madrasah (MI,MTs,MA) , mobil berderet di depan Madrasah   (MI,MTs,MA)  (penjemput siswa pulang).
1.    Inovasi Fisik
a.       Kurikulum
Inovasi/pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh kepala Madrasah (MI,MTs,MA) adalah modifikasi kurikulum, yaitu menambah jam pelajaran 45 jam perminggu menjadi 48 jam. Atau 70 % ilmu umum harus dibaca 100 % dalam proses pelakasanaan pengajarannya. Hal ini dilakukan oleh kepala Madrasah (MI,MTs,MA) agar tidak kalah dengan TK, siswa dapat belajar mengenal dan memahami ilmu umum dan ilmu agama secara seimbang.
5
Dalam operasionalnya di lapangan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) menerapkan  integrated learning, dan integrated curriculum. Integrated learning adalah pengintegrasian materi-materi agama kedalam materi umum. Integrated curricullum adalah penerapan perpaduan antara pelajaran umum dengan agama. Dengan upaya pengintegrasian tersebut, siswa Madrasah (MI,MTs,MA) mengalami peningkatan kualitas pendidikan, baik dari aspek kualitas akademik dan aspek psikis dengan meningkatnya moralitas anak.. Jadi adanya keseimbangan antara pemahaman ilmu umum dan pemilikan akhlaq.

Grafik 1
Banyak



Sedikit  
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015
b.       Sarana dan prasarana 
Inovasi pengelolaan sarana dan prasarana tersebut atas partisipasi orang tua sangat besar terhadap keberhasilan yang telah diwujudkan. Disamping itu, kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  dalam mengelolanya. Inovasi sarana dan prasarana di Madrasah (MI,MTs,MA) dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam grafik dibawah ini semakin meningkat :

Grafik 2
Banyak



Sedikit
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015
c. Keuangan
Ide gagasan inovasi pengelolaan dengan kosep open management yang datang dari kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  kepada bawahan harus ditangkap secara matang dalam proses mengambil kebijakan demi lancarnya proses pembelajaran di Madrasah (MI,MTs,MA)  . Proses pengelolaan keuangan di Madrasah (MI,MTs,MA) melaluai dua tahapan yaitu, tahapan penerimaan yang khusus dipegang satu orang, tahapan pengeluaran dipegang dan dikontrol satu orang. Proses pembelanjaan keuangan, dipasrahkan kepada guru dan karyawan. Sebagai bukti laporan menyerahkan secara rasional dan profesional.
Dari uraian di atas, bahwa konsep inovasi pengelolaan keuangan, menggunakan konsep self managing school sebagai pengejawantahan manajement berbasis sekolah (Fattah 2000:7-8), yaitu pelibatan pada bawahan untuk mengelola keuangan sebaik mungkin. Inovasi keuangan Madrasah (MI,MTS,MA) dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :              Gafik 3


Banyak


Sedikit
                        2012/2013       2013/2014       2014/2015


d. Stategi pembelajaran
Inovasi strategi pembelajaran yang dilaksanakan Madrasah (MI,MTs,MA) , yaitu team teaching, guru bidang studi, class grouping, rotation class, bimbingan ebtanas, pondok ebtanas merupakan konsep inovasi/pembaharuan yang diterapkan. Hal itu berangkat dari visi, misi, dan tujuan pendidikan di Madrasah (MI,MTs,MA) Ponorogo. Inovasi strategi belajar mengajar Madrasah (MI,MTs,MA) dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4
Banyak



Sedikit  
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015
 2. Inovasi non fisik
a.    Pengelolaan siswa
Dalam konsep inovasi Ibrahim (1988), bahwa siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan inovasi pendidikan. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di Madrasah (MI,MTs,MA) . Dengan demikian siswa Madrasah (MI,MTS,MA) penerimaan lewat seleksi, dan diperdayakan merupakan kunci atas keberhasilan inovasi yang dilaksanakan. Inovasi pengelolaan siswa dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:
Grafik 5
Banyak



Sedikit
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015
  b.  Pengelolaan tenaga guru
Proses inovasi pengelolaan guru merupakan salah satu kunci keberhasilan (key to succesfullnes), atau soko guru bagi keberhasilan sebuah institusi pendidikan. Untuk itu, diperlukan profesionalisasi guru dibidang pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Profesionalisasi guru, diperlukan untuk melangsungkan proses inovasi di Madrasah (MI,MTS,MA). Kecerdikan, kekreatifan, dan memiliki etos dan komitmen yang tinggi tumbuh berkembng secara personal profesional merupakan sikap inovatif yang dibutuhkan pula untuk melaksanakan inovasi pendidikan Madrasah (MI,MTs,MA) , dapat dilihat grafik di bawah ini:
Grafik 6
Banyak



Sedikit
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015
 c. Pengelolaan hubungan masyarakat
Konsep school based management (manajemen berbasis sekolah) yang diterapkan Madrasah (MI,MTs,MA), salah satunya proses pelibatan orang tua siswa terhadap keputusan lembaga, menumbuhkan rasa memiliki ‘mutual support’. Masyarakat saling mendukung keputusan yang telah dicapai bersama bahkan bertanggung jawab atas maju tidaknya Madrasah (MI,MTs,MA) . Sehingga masyarakat menaruh kepercayaan, harapan yang tinggi terhadap Madrasah (MI,MTs,MA) . Inovasi pengelolaan hubungan masyarakat dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 7
Banyak



Sedikit
                                    2012/2013       2013/2014       2014/2015

B.     Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah (MI,MTs,MA) Dalam Proses Melaksanakan Inovasi Tinjauan Aspek Manajemen Pendidikan
Secara operasional bahwa kepala Madrasah (MI,MTs,MA) dalam mewujudkan obsesinya tersebut, selalu melibatkan bawahan (guru) sebagai “soko guru” keberhasilan institusi pendidikan. Kepemimpinan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) dalam operasional di lapangan untuk mempengaruhi bawahan (guru) berperilaku orientasi tugas (task oriented behavior), dan berorientasi hubungan (relationship oriented behavior). Perilaku itu diterapkan melihat situasi bawahan (guru).
Kemudian mengenai perilaku bawahan (guru) dalam menerima ide/gagasan inovasi dan tugas dari kepala Madrasah (MI,MTs,MA) , menurut istilah (Yukl, 1981 : 13), ada tiga, yaitu : komitmen, kepatuhan, dan penolakan.
Komitmen, kepatuhan terhadap inovasi yang dilaksanakan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) , pertama menganggap kepala Madrasah (MI,MTs,MA) mempunyai ide/gagasan inovasi yang cukup rasional dan profesional demi peningkatan Madrasah (MI,MTs,MA) , terbukti di lapangan bahwa pelaksanaan inovasi selalu disesuaikan dengan kondisi real di lapangan, dan selalu melibatkan bawahan untuk merencanakan, mengevaluasi bersama lewat pertemuan rutin seminggu sekali.
Kedua, ide gagasan inovasi selalu dikaitkan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan Madrasah (MI,MTs,MA) . Kepala Madrasah (MI,MTs,MA) sering mengatakan bahwa “Madrasah (MI,MTs,MA) ini adalah milik umat, bukan milik Imron, atau siapa saja. Madrasah (MI,MTs,MA) adalah wakaf, ya ! milik umat Islam semua. Jadi ayo kita besarkan bersama, sebab itu ibadah”.
Ketiga inovasi adalah hal baru dan demi kemajuan institusi, secara manusiawi ada hal yang baru setiap manusia pasti senang. Terbukti di lapangan melalui wawancara dengan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) dan bawahannya bahwa inovasi itu baru, sehingga menarik untuk diketahui dan dilaksanakan.
dari komitmen dan kepatuhan dikarenakan imbalan (reward), yang diberikan cukup memadai sesuai dengan jerih payah mereka. Hal ini diakui oleh kepala Madrasah (MI,MTs,MA) bahwa secara manusiawi, imbalan penting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara realitas di lapangan bahwa yang selalu didengung-dengungkan adalah perjuangan (ruhul jihad) uang itu tidak seberapa dibanding perjuangan mereka. Pernyataan dari beberapa guru yang ada di kab. Ponorogo ada semacam hadiah/penghargaan, namun bukan itu yang terpenting, kedua-duanya biar dapat (seimbang) yaitu berjuang dan beribadah.
Kemudian kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala Madrasah (MI,MTs,MA) adalah kepemimpinan  situasional. Kepala Madrasah (MI,MTs,MA) melihat kondisi real di lapangan dan melihat kemampuan dan kemauan bawahan dalam melakasanakan inovasi dan tugas yang telah diberikan.
Mengenai perilaku kepemimpinan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) , adalah instruktif, mendukung/konsultatif, partisipatif, dan berorientasi kepada keberhasilan. Hal ini sesuai dengan pandangan House dan Mitchell dalam Yukl (1994: 242-243).
Perilaku kepemimpinan instruktif diterapkan bagi bawahan (guru) yang baru masuk, kematangan dan keprofesionalan belum tumbuh pada bawahan (guru) ini. Perilaku mendukung/konsultatif diterapkan bagi bawahan yang  memiliki kemampuan namun kemauan yang rendah. Dalam hal ini kepala Madrasah (MI,MTs,MA) tetap memberikan keleluasaan dalam memberikan pendapat, namun tetap memberikan pengarahan. Perilaku kepemimpinan partisipatif diterapkan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan kurang, namun kemauan yang tinggi. Dalam hal ini, kepala Madrasah (MI,MTs,MA) menyatakan bahwa bawahan (guru) yang seperti ini adalah mitra kerja, sebab mereka dapat diberdayakan. Perilaku kepemimpinan berorientasi kepada keberhasilan, kepala Madrasah (MI,MTs,MA) menerapkannya bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi dan kemauan tinggi, misalnya peletakan korla, sub korla, dan guru yang selalu dilibatkan dalam forum-forum ilmiah (pelatihan, seminar, diklat). Dapat diambil benang merah, bahwa menurut peneliti kepemimpinan yang semacam itu adalah kepemimpinan situasional.
Dari Uraian kepemimpinan kepala madarasah ditinjau dari aspek manajemen dan kepemimpinan dapat ditemukan hal baru, bahwa agen pembaharu di Madrasah (MI,MTs,MA) adalah kepala Madrasah (MI,MTs,MA) sesuai dengan dugaan pertama adalah benar. Agen pembaharu itu dalam inovasi pendidikan disebut agen internal, bukan agen eksternal. Jadi dapat diambil benang merah bahwa yang membawa inovasi/pembaharuan  di Madrasah (MI,MTs,MA) adalah kepala Madrasah (MI,MTs,MA) (agen internal), istilahnya Rogers intern change agent, yaitu agen pembaharu internal yang membawa ide/gagasan inovasi.
Uraian tentang perilaku kepemimpinan, peneliti dapat mengambil benang merah dan menemukan hal baru bahwa kepala Madrasah (MI,MTs,MA) selalu bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dalam melaksanakan inovasi fisik dan non fisik selama tiga tahun terakhir. Perilaku seperti itu, disebut knowledgeable agent. Teori ini dikemukakan oleh tokoh sosiologi sekarang, yaitu Anthonygrex Diddens. Teori ini melihat manusia bertindak sesuai dengan keadaan, bahwa dia cerdik mengambil keputusan sesuai dengan keadaan. Namun perlu dicatat bahwa semua itu dapat berhasil karena adanya panggilan ideologis, terakumulasi dengan adanya ruhul jihad. Dalam aspek ini, tidak memandang kecerdasan, namun adanya rasa panggilan untuk beribadah kepada Allah.
Jadi menurut hemat peneliti bahwa keberhasilan Madrasah (MI,MTs,MA) karena kepala Madrasah (MI,MTs,MA) knowledgeable agent dan konsep ruhul jihad. Dapat diartikan seorang yang cerdik mengambil keputusan disesuaikan dengan kondisi yang ada dan jiwai oleh ruh ke-Islaman yang kuat, dan pengabdiannya karena ibadah. Sebab Madrasah (MI,MTs,MA) adalah Madrasah (MI,MTs,MA)  milik umat, dan harus diperjuangkan bersama. Madrasah (MI,MTs,MA) adalah institusi yang berbasis keagamaan. Dengan keberhasilannya ada kebanggaan tersendiri bagi umat Islam yang mampu menyaingi dengan lembaga pendidikan selain Islam.

 

C.    Maksud dan dasar Pemikiran Kepala Madrasah

Kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  Ponorogo mempunyai satu visi, misi, dan tujuan yaitu ingin menjadikan Madrasah (MI,MTs,MA)  yang dulu tidak diminati orang, jatuh (kolab), penuh konflik menjadi Madrasah (MI,MTs,MA)  dambaan umat diorientasikan menjadi “Islamic modern school’, atau minimal menjadi Madrasah (MI,MTs,MA)  efektif, mempunyai etos kerja dan iklim yang sehat (an efective school has a positive ethos and hygiene climate).

Untuk mewujudkan hal tersebut, harus diwujudkan melalui inovasi pengelolaan fisik: kurikulum, sarana  prasarana, keuangan, strategi pembelajaran, non fisik: siswa, tenaga guru, dan hubungan masyarakat.

Madrasah (MI,MTs,MA)  selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang pesat, minat masyarakat semakin besar terhadap Madrasah (MI,MTs,MA) . Mobil berderet mengantar dan menjemput siswa Madrasah (MI,MTs,MA) , sebelumnya tidak pernah ada.

Secara empiris (inkuiri) bukti inovasi dapat ditemukan/dibandingkan dengan masa sebelum kepemimpinan Bapak Imron Arifin dan masa kepemimpinannya. Sebagai bukti, bahwa selama tiga tahun terakhir di Madrasah (MI,MTs,MA) adanyainovisi pengelolaan fisik: kurikulum, sarana prasarana, keuangan, strategi pembelajaran, dan non fisik: siswa, guru, dan hubungan masyarakat (sebagaimana terbukti dalam temuan penelitian).           

Inovasi pengelolaan fisik dan non fisik harus mengedepankan konsep kemandirian, yang tidak selalu gampang meminta petunjuk dari atasan. Hal ini terbukti kemandirian MADRASAH (MI,MTS,MA) dalam melaksanakan inovasi pengelolaan fisik dan non fisik untuk menjadikan Madrasah (MI,MTs,MA)  dambaan umat (Islamic modern school).




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan dan Saran
Dari beberapa temuan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan yang meliputi:
1.       Kesimpulan
a.       Inovasi yang telah dikembangkan kepala Madrasah (MI,MTs,MA) adalah inovasi fisik; kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan, dan strategi pembelajaran, Inovasi non fisisk; pengelolaan siswa, guru, dan hubungan masayarakat.
b.      Perilaku kepala Madrasah (MI,MTs,MA) dalam melaksanakan inovasi pendidikan, memakai task oriented dan behavior oriented, hal ini dapat disebut perilaku Knowledgeable agent  dan selalu dijiwai dengan ruhul jihad.
c.       Maksud dan dasar pemikiran kepala Madrasah (MI,MTs,MA) melaksanakan inovasi pendidikan adalah ingin menjadikan Madrasah (MI,MTs,MA) menjadi Madrasah (MI,MTs,MA)  unggul, yang di orientasikan menjadi Islamic Modern School.

2.      Saran
16
a. Setiap kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  harus selalu melaksanakan inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dikelola.
b.      Setiap kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  harus memiliki perilaku knowledgeable agent dan dijiwai ruhul jihad.
c.       Setiap kepala Madrasah (MI,MTs,MA)  baik swasta dan negeri mempunyai maksud dan dasar pemikiran yang jelas dalam mengembangkan Madrasah (MI,MTs,MA) .














 


 



DAFTAR PUSTAKA


Amidjaya, dkk, 1991, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta, Widiasarana Indonesia

Blake, R. R Mouton, J, S, 1982, Management By Grid Principles or Situationalism : Which ? Group and Organization Studies 7.207-210

-----------,,------------------, 1984, Solving Costly Organizational Conflict : Achieving Intergroup Trust, Cooperation, and Team Work, San Francisco : Josseyy-Bass.

Bogdan, & Taylor, 1975, Introduction to Qualitative Research Methods, Aphenomenological Approach to the Social Sciences, New York : Jhon Wiley & Sons

Bogdan R.C, Biklen S.K, 1982, Qualitative Research for Education an Introduction to Theory and Methods, Boston : Allyn and Bacon, Inc

Caldwell, B. J, Spink, J. M, 1992, Leading the Self-Managing School, London-Washington D.C, The Flamers Press

Fadjar, A.Malik, 1998, Madrasah  dan Tantangan Modernitas, Bandung : Mizan

Fattah, Nanang, 2000, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : CV. Andria
Frjmier, J, Cornbleth, C. Donmoyer, R. Gansneder, B. M. Jeter, J. T. Klein, M.F. Schwab, M. Alexander, W.M, 1984, One Hundred Good Schools, Indiana : Phi Delta Kappa Publication

Good Lad, C.L, 1975, The Dinamics Of Educational Change : Toward Responsive Schools, New York : Mc Graw-Hill Book Company
Gorton, R.A, 1976, School Administration Challenge and Opportunity For Leadership, New York : Win. C.Brown Company Publisher

Guba, Egong G, & Yvonna S. Lincoln, 1981, Effective Evalution, Improving The Usefullness of Evalution Result Through Responsive and naturalistic Approaches, San Fransisco : Jossey-Bass Publishers

Guba, Egong G, & Yvonna S. Lincoln, 1985, Naturalistic Inquiry, New Delhi : Sage Publications

Handoko, T, H, 1997, Manajemen Edisi 2, Yogyakarta, BPFE-UGM
Henderson, E.S, and Perry, G.W, 1987, Change and Development in Schools, London : Mc Graw-Hill Book Company (Uk) Limited

Ibrahim, 1998, Inovasi Pendidikan, Jakarta : Depdikbud Dikti, Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan
Ibrahim, Sudjana, N, 1989, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru

Likert, R, 1961, New Paterns of Management, New York: McGraw-Hill

Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta, Logos
Moleong, L.J. 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung :Remaja Rosda Karya

Muhaimin, dkk, 1998, Penciptaan Suasana Religius Di Sekolah, Ponorogo : Penelitian Tidak Dipublikasikan

Mujib, A & Muhaimin, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung : Trigenda Karya

Robbins, S. P, 1974, Managing Organizational Conflict : A non - traditional approach, Englewood Cliffs, NJ : Prantice Hall


Sergiovanni, T. J, (1987), The Princhipalship : A. Reflective Practice Perspective Boston : Allyyn and Bacon Inc

Soemanto, W, 1980, Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan, Surabaya-Indonesia, Usaha Nasional
Sutopo, H, 1988, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bina Aksara IKAPI

Tannenbaum, R, Weschler, I. R, & Massarik, F, (1961), Leadership and Organization, New York: McGraw-Hill

Wahjosumidjo, 1999, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik & Permasalahannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Widjaya, C, dkk, 1988, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran, Bandung, Rosda Karya

Yukl, G, 1989, Leadhership in Organization, 2nd ed, Englewood Cliffs, Nj : Prentice Hall






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diklat K13

Diklat K13

Penyusunan Silabus RA

Penyusunan Silabus RA